KARAKTERISTIK MANTRA DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG
DOI:
https://doi.org/10.23969/jp.v10i03.32950Keywords:
mantra, semiotika, psikoanalisis, Rancakalong, sastra lisanAbstract
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik mantra yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Fokus kajian terbatas pada lima jenis mantra, yaitu pengasihan/ asihan, pengobatan/ jampe, tatacara, kekuatan/ ajian dan Tolak Malapetaka/ singlar.. Analisis dilakukan melalui perspektif semiotik dan psikoanalisis dengan mengacu pada empat tokoh: Michael Riffaterre (heuristik dan hermeneutik), Roland Barthes (denotasi, konotasi, dan mitos), Charles Sanders Peirce (ikon, indeks, simbol), serta Sigmund Freud (simbolisme dan alam bawah sadar). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi teks mantra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantra di Rancakalong memiliki ciri khas dalam struktur bahasa berupa repetisi, diksi simbolik, dan metafora yang berfungsi sebagai media spiritual, sosial, dan estetis. Analisis semiotik memperlihatkan bahwa setiap mantra memuat makna berlapis, mulai dari makna literal hingga simbolisme budaya dan mitologis. Analisis psikoanalisis menyingkap adanya simbol-simbol bawah sadar yang berkaitan dengan rasa takut, harapan, dan keyakinan masyarakat terhadap kekuatan adikodrati. Selain fungsi praktis, mantra juga berperan dalam pewarisan nilai-nilai kearifan lokal Sunda. Hasil kajian ini direkomendasikan sebagai bahan ajar sastra lisan dalam pendidikan, sehingga dapat memperkaya pemahaman siswa terhadap tradisi dan identitas budaya lokal.Downloads
References
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2023). Mantera Diakses pada 16 Februari 2025, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/harupat
Danandjaya, James. (2007). Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Etti, S., et al. (2012). Jangjawokan: Inventaris Puisi Mantra Sunda. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Malik, Miftahul. (2015). Struktur, Konteks Penuturan, Simbol, Makna, dan Fungsi Mantra Perkawinan pada Masyarakat Rancakalong Kabupaten Sumedang serta Upaya Pelestariannya. Tesis pada Universitas Pendidikan Bandung: tidak diterbitkan.
Moleong, L. J. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pemerintah Kabupaten Sumedang. (2021). Laporan Kebudayaan Kabupaten Sumedang. Sumedang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Rahmawati, N. (2017). Analisis Semiotik Mantra Pengobatan Tradisional Sunda. Tesis pada Universitas Indonesia Depok: tidak diterbitkan.
Rusyana, R. (1978). Sastra Lisan Sunda. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Santoso, Anang. Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacaana Kritis. Diakses dari isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/36108115.pdf pada tanggal 10 April 2011.
Saputra, Heru Setya Puji. 2007. Memuja Mantra: Sabuk Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat Suku Using Banyuwangi. Diakses dari books.google.co.id. pada tanggal 10 April 2011.
Sastra Lisan dalam Seni dan Budaya Melayu Klasik. Diakses dari http://melayuonline.com pada tanggal 15 Maret 2011 (diakses Jumat, 24 Januari 2025).
Teeuw, A. 1984. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: Pustaka jaya.
Teeuw, A. 1994. Indonesia: Antara Kelisanan dan Keberaksaranaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tim Peneliti. (2020). Pendokumentasian Tradisi Lisan di Kabupaten Sumedang. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Yunus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan.
Zainona. 1991. Mantra dalam Kesusastraan Melayu Bangka sebagai Sumbangan bagi Pengajaran Sastra Indonesia. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.