MANAJEMEN SEKOLAH TERBUKA STUDY KASUS di SEKOLAH INDUK SMAN 1 COMPRENG KABUPATEN SUBANG

Authors

  • Fajra Adha Barita Universitas Negeri Semarang
  • Yeri Sutopo Universitas Negeri Semarang

DOI:

https://doi.org/10.23969/jp.v10i04.38233

Keywords:

Sekolah Terbuka, Manajemen Pendidikan, Manajemen Pendidikan Sekolah Terbuka

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan Sekolah Terbuka di SMAN 1 Compreng, berdasarkan teori George R. Terry (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Pengawasan). Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik  pengumpulan  data  melalui wawancara dan observasi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi, dengan melibatkan kepala sekolah, pengelola, bendahara, koordinator, guru pamong, dan tenaga administrasi.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa keempat fungsi manajemen telah diimplementasikan dengan baik. (1) Perencanaan diawali dengan rapat koordinasi, pembentukan tim, serta perencanaan sarana-prasarana, pembiayaan (bersumber dari BOS Pusat), dan pembelajaran yang terintegrasi dengan sekolah induk. (2) Pengorganisasian dilaksanakan dengan struktur tim yang jelas dan pembagian tugas yang terstruktur, melibatkan guru dari sekolah induk dan masyarakat. (3) Pelaksanaan berjalan melalui workshop kurikulum, sistem pembelajaran hybrid (70% mandiri dan 30% tatap muka di akhir pekan), serta penilaian yang setara dengan sekolah reguler. (4) Evaluasi/Pengawasan dilakukan secara internal melalui rapat rutin dan monitoring kehadiran, serta eksternal oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Kendala utama yang dihadapi adalah motivasi belajar peserta didik yang fluktuatif akibat tekanan ekonomi dan sosial, serta perlunya koordinasi yang lebih intensif dengan pemerintah desa untuk pendataan anak putus sekolah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model manajemen kolaboratif antara sekolah induk dan Sekolah Terbuka terbukti efektif dalam meningkatkan angka partisipasi sekolah. Saran yang diajukan antara lain: memperkuat MoU dengan pemerintah desa/kelurahan, meningkatkan dukungan materil dan moril dari sekolah induk, serta mengembangkan strategi motivasi dan pendampingan yang lebih personal bagi peserta didik.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aan Komariah dan Engkoswara, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 47.

Ali Imron. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang, Deparmen Pendidikan Nasional, (2004), h. 125.

Ary H. Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Asmara, Y. R. I., & Sukadana, I. W. (2016). Mengapa Angka Putus Sekolah Masih Tinggi? (Studi Kasus Kabupaten Buleleng Bali). E-Journal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 5(12), 1347–1383.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pengelolaan SMA Terbuka: Alternatif Layanan Pendidikan Menengah dengan Pola Pendidikan Jarak Jauh. Jakarta: Kerjasama Pustekkom dengan Direktorat Dikmenum- Departemen Pendidikan Nasional.

Fattah, Nanang, 2009.Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kurniadin, Didin dan Machali, Imam, 2012. Manajemen Pendidikan: Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Moleong, J. L. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya

Mubin, F. (2020). Perencanaan dan Manajemen Pendidikan. Pendidikan Islam, 2(4), 1–17.

Pandu T.K & dkk. (2022). Analisis Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Jenjang Sekolah Menengah Pertama Di Desa Maju Karya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Volume 13 Number 2 Oktober 2022

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan-Departemen Pendidikan Nasional. 1999. Survei Penjajagan Kebutuhan akan Pendidikan Sekolah Menengah tingkat Atas Terbuka (SMA Terbuka). Jakarta: Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi PendidikanDepartemen Pendidikan Nasional.

Quraisy, H., Arifin, J. (2016). Kemiskinan dan putus sekolah. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi. Vol. IV No. 12.

Sandhopa, L. (2019). Analisis Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Bandung Jaya Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Skripsi.

Sarfa, W. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Kampung Warga Negeri Hative Kecil Kota Ambon. Al-Iltizam, 1(2), 93–113.

Septianto, H. (2021). Pemetaan Anak Putus Sekolah di Kota Yogyakarta Tahun 2016-2020. Jurnal Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan, 10(4), 1–11

Sukarna. 2011. Dasar-dasar Manajemen. II, Juli 2. diedit oleh Team Mandar Maju. Bandung: Mandar Maju

Sukmadinata, N.S. 1995. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remadja

Vita Nur Alifa. Analisis Faktor Penyebab Meningkatnya Angka Putus Sekolah di Indonesia

Yeti Puspitasari. (2018). Dampak Putus Sekolah Terhadap Minat Bekerja pada Remaja di Desa Padang Jawi Kecamatan Bunga Mas Kabupaten Bengkulu Selatan.

Yullia Putri. 2010. Faktor- faktor Penyebab Anak Lulusan SLTP Tidak Melanjutkan Ke SLTA di Kelurahan Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. Skripsi. Bandar lampung. Universitas Lampung.

Zainuri, M., Matsum, J. H., & Thomas, Y. (2020). Tingkat Pendapatan, Sosial, Budaya dan Jarak Rumah dengan Sekolah sebagai Faktor

Ziana, U., Aminuyati, A., & Khosmas, F. Y. (2017). Analisis Faktor Ekonomi Penyebab Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah di Desa Teluk Kembang. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 1(1), 1–9.

Downloads

Published

2025-12-14

Most read articles by the same author(s)