TERSEMBUNYI DALAM KAIN: STUDI HISTORIS AKULTURASI ETNIS PANARAGAN DAN MADURA PADA PAKAIAN ADAT PENADON
DOI:
https://doi.org/10.23969/jp.v9i3.19018Keywords:
Acculturation, Historiography, Madura, Panaragan, Traditional ClothesAbstract
Panaragan ethnic in Ponorogo and Madura ethnic are two ethnic groups with famous cultures from the East Java. These two ethnic groups have many cultural similarities, especially traditional clothing that may have resulted by acculturation. Studies on the acculturation process is rarely discussed due to limited primary sources, but there are still several secondary sources that are worthy for considering. This study uses a historiography and guided by the aspect of cultural hybridity. The interaction between Ponorogo and Madura has occurred since Ponorogo was founded with a family relationship between the two ethnic. The development process of Reyog also influenced the formation of Penadon clothes. In addition, traditional Madurese clothing or several other regions are actually rooted in one concept of the Astronesian’s belief in viewing black as sacred color. However, each ethnic group has its own uniqueness that is different from other ethnic groups and different functions of clothing. The results of this study are useful for the next generation as a form of cultural appreciation that is not only limited to preservation but also the advancement of culture.Downloads
References
Ahmad, Z. (2018). Babad modern Sumenep: sebuah telaah historiografi. Yogyakarta: Araska Publisher.
De Jonge, H. (1989). Madura dalam Empat Zaman. Jakarta: PT Gramedia
Dwijayanto, A. & Rohmatulloh, D. (2018). The Little Java: Potret Kebudayaan Dan Keberagamaan Masyarakat Muslim Ponorogo Abad XX. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 13(01), 1-31. https://doi.org/10.37680/adabiya.v13i01.2
Fariya, N. F. (2023). Kuasa Prabu Kelana Sewandana: Vernakularisasi Dan Perang Narasi Reyog Ponorogo. Thesis Universitas Diponegoro. Tidak Diterbitkan.
Fransiska, E. T. (2020). Studi Tentang Budaya Penggunaan Sarung Pada Suku Tengger di Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Malang. Tidak Diterbitkan.
Hartono, H. (1980). Reyog Ponorogo Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Daparten P dan K.
Herawati, A. E. (1979). Kain dan Pakaian Tradisional Madura, Edisi pertama. DKI Jakarta.
Kartodirdjo, S. (1987). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imporium Jilid I (Terbitan 2024), Yogyakarta: Ombak.
Kuntowijoyo, K. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Kurnianto, R. (2017). Seni Reyog Ponorogo: Sejarah, Nilai, Dinamika dari Waktu ke Waktu. Yogyakarta: Buku Litera.
Lahendra, A. (2023). Urgensi Pemahaman Pakaian Adat Madura Untuk Mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Project Penguatan Profil Pancasila Demi Kelestarian Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 9 No. 1. https://jurnal.alhamidiyah.ac.id/index.php/JPP/article/view/289
Lombard, D. (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya 2 Jaringan Asia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Lombard, D. (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya I Batas-batas Pembaratan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ma'arif, S. (2015). The History of Madura. Yogyakarta: Araska.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo. (1996). Pedoman Dasar Kesenian Reyog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa. Ponorogo: Pemerintah Daerah Tingkat II Ponorogo.
Pramudita, N. G. D. (2014). Mengenal Reog dan Warok Dalam Kebudayaan Masyarakat Ponorogo. Perspektif, 9(1), 43–52. https://doi.org/10.69621/jpf.v9i1.50
Purwowijoyo, P. (1914). Babad Ponorogo (Terbitan 1985). Ponorogo: Dinas Pariwisata Ponorogo.
Reid, A. (1999). Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rofiq, A.C. (2020). Historiografi lokal: Babad Ponorogo dan kepahlawanan masyarakat Ponorogo. Ponorogo: Bintang Pustaka Madani.
Santoso, S. (1979). Babad Tanah Jawi Galuh-Mataram. _____: CV. Citra Jaya
Soejono, S. (1993). Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sofyan, A. (2010). Fonologi Bahasa Madura. http://journal.ugm.ac.id/jurnalhumaniora/article/download/1337/1138.
Stiawan, F. A. (2016). Kesenian Reyog Sebagai Alat Propaganda Dan Mobilisasi Massa Partai Politik Di Ponorogo Tahun 1955-1965. Avatara: e-Journal Pendidikan Sejarah. Volume 4, No. 3. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/16936
Sucahyo, I. R., Zameilani, N. A., Andhifani, W. R., & Wiretno, W. (2024). Pola Arkeoastronomi: Kerajaan Wengker Berdasarkan Garis Imajiner pada Sendang Kuno di Ponorogo. Satwika: Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 8(1), 210–232. https://doi.org/10.22219/satwika.v8i1.30205
Tim Penulis Buku Sejarah Ponorogo. (2023). Sejarah Kabupaten Ponorogo Era Kependudukan Jepang Hingga Reformasi. Ponorogo: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo.
Tim Penulis Sejarah Sumenep (TPSS). (2010). Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisat dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep
Tito, S. (2023). Reog Ponorogo Masuk Dalam Daftar Pengajuan ICH UNESCO. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/reog-ponorogo-masuk-daftar-pengajuan-ich-unesco. Diakses pada tangggal 13/09/2024 Pukul 14.50 WIB.
Wawancara dengan Afizki Arif Ridwan (Tokoh Pemuda Hindu Tengger) oleh Nugraha dalam Harian Disway id: Mengapa Pakaian Khas Suku Tengger Berwarna Hitam. Bromo: 08 Oktober 2023.
Wawancara dengan Muhammad Masrofiqi Maulana Pegiat Kesenian Reyog): Sejarah Pakaian Adat Penadon. Ponorogo (Daring): 11 September 2024.
Wawancara dengan Santanu Bayu Aji (Ketua Ponorogo Kreatif Festival): Kondisi Kesenian Reyog Pada Masa Jepang Hingga Reformasi. Ponorogo: 05 Agustus 2023.
Werdisastra, R. (1921)."Babad Sumenep" alih bahasa Babad Songenep oleh Moh. Thoha Hadi (Terbitan 1996). Pasuruan: PT. Garuda Buana lndah.
Wijaya, D. N. (2022). Malacca beyond European Colonialism, 15th-17th Centuries. Doctoral Universidade do Porto Portugal. Tidak Diterbitkan.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
